Inilah Orang Yang Pertama Kali Menemukan Teori Refraksi dan Dispersi Cahaya,,,Ibnu Al-Haitsami


Saat umat Islam masih bersatu dan masih menerapkan syariat Islam dalam naungan Khalifah Islamiyah, saat itulah dicapainya kegemilangan peradaban Islam. Saat itulah bertaburan sosok – sosok ilmuwan yagn hingga saat ini masih dirujuk oleh dunia Barat dan peradaban Islam menjadi peradaban terbaik.





ILMUWAN ISLAM

Ibnu Al-Haitsami

Saat Khilafah masih mewujud dan menyatukan wilayah Islam seluas wilayah 20.000.000 km2, dunia mengenal Ibnu Al-Haitsami, yang sering dikenal Alhazen. Dia seorang sarjana teknik sipil, kerjaannya membangun jembatan dan membuat bendungan. Suatu hari, dia minta oleh gubernur Mesir untuk membangun bendungan sungai Nil. Ibnu Al-Haitsami datang ke Mesir, lalu ia melihat Piramid. Kemudian dia berpikir: “Orang yang membuat Piramid saja belum bisa membendung Sungai Nil, apalagisaya yang belum bisa membuat Piramid!”
Sang gubernur kesal investasinya gagal, kemudian Ibnu Al-Haitsami dipenjara selama 10 tahun. Saat dipenjara, dia malah menulis kitab tentang mata. Dia menulis bagaimana teori-teori tentang mata dan dia menulis Teori Optik, dalam kitabnya “Al-Manazhir”.
Dia meneliti cara kerja Lensa Mata dan Penglihatan Manusia, Islam menemukan tentang Lensa Mata pada sekitar 1000 Masehi, sedangkan Newton baru membahasnya 700 tahun setelah Ibnu Al-Haitsami wafat.
Kontribusi Al-Haitsami pada Geometrid an Teori  Bilangan berhasil melampaui tradisi matematikawan Archimedean. Al-Haitsami juga meneliti Geometri Analitis dan juga memulai pembahasan mengenai hubungan antara Aljabar dan Geometri.
Ke depan, bahasan inilah yang mengembangkan Ilmu Matematika Murni pada penggabungan yang selaras antara Aljabar dan Geometri yang diringkas oleh Descartes dalam Geometri Analisis dan diringkas oleh Newton dalam Kalkulus. Al-Haitsami adalah ilmuwan yang memberikan kontribusi besar dalam bidang Matematika, Fisika, dan Astronomi, pada paruh kedua abad kesepuluh.
Al-Haitsami juga menjabarkan teori Refraksi dan Dispersi Cahaya kepada warana komponennya, bahasan yang kemudian dinisbatkan kepada Isaac Newton.

“Sebenarnya, dalam bidang optic, Newton hanya berdiri di pundak raksasa seorang ilmuwan yang hidup tujuh ratus tahun lebih awal dari padanya,” ujar Jim Al-Khalili, Profesor Fisika dari Universitas Surrey, UK. Begitu yang bisa kita lihat pada acara “The Empire of Reason” yang ditanyangkan BBC tahun 2010.

Abu Qosim Al-Zahrawi


Dunia mengenal Abu Qasim al Zahrawi. Dia memberikan sumbangan yang sangat luar biasa di dunia Kedokteran. Dia menjatuhkan Teori Gallen Yunani. Dia membuat teori baru, dia menciptakan alat baru, alat bedah yang sampai saat ini masih digunakan dan juga memberikan sumbangan dalam operasi pengangkatan janin atau yang saat ini disebut Operasi Caesar.

Abbas Ibnu Firnas

Dia ada seorang ilmuwan Polymath (menguasai banyak bidang ilmu) yang bermukim di Cordoba, Andalusia. Dia pakar dalam bidang Teknik Mesin, Fisika, Astronomi, Musik, Sastra, dan juga Penerbangan. Pada tahun 875 masehi, di usianya yang telah menginjak enam puluh lima tahun, Ibnu Firnas  mencoba terbang dengan mesin buatannya. Tidak berhasil memang, namun jauh lebih awal dibanding Wright bersaudara yang baru memulainya di awal abad ke-20.

0 comments:

Post a Comment