Bekas Perampok Jadi Ulama?
Dialah Fudhoil bin 'Iyaadh. Nama lengkap
beliau adalah Fudhoil bin 'Iyaadh bin Mas'uud bin Bisyr At-Tamimi
Al-Yarbuu'iy. Kunyah beliau adalah Abu 'Ali, seorang ulama dan muhaddits
besar yang hidup pada abad kedua, dan beliau wafat pada tahun 187 H
Banyak ulama besar yang mengambil ilmu dan meriwayatkan hadits dari beliau. Diantaranya adalah Ibnul Mubaarok, Yahyaa bin Sa'iid Al-Qotthoon, Sufyaan bin 'Uyainah, Abdurrohman bin Mahdi, dan Imam As-Syafi'i.
Bagiamanakah kisah taubat beliau?
Abu 'Ammaar Al-Husain bin Huraits berkata, "Aku mendengar Al-Fadhl bin Muusaa berkata, "
“Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang perampok yang menghadang orang-orang di daerah antara daerah Abiwarda dan dan daerah Sarkhos. Sebab beliau bertaubat adalah beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca friman Allah:
Banyak ulama besar yang mengambil ilmu dan meriwayatkan hadits dari beliau. Diantaranya adalah Ibnul Mubaarok, Yahyaa bin Sa'iid Al-Qotthoon, Sufyaan bin 'Uyainah, Abdurrohman bin Mahdi, dan Imam As-Syafi'i.
Bagiamanakah kisah taubat beliau?
Abu 'Ammaar Al-Husain bin Huraits berkata, "Aku mendengar Al-Fadhl bin Muusaa berkata, "
“Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang perampok yang menghadang orang-orang di daerah antara daerah Abiwarda dan dan daerah Sarkhos. Sebab beliau bertaubat adalah beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca friman Allah:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS Al-Hadid : 16).
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS Al-Hadid : 16).
Maka tatkala beliau mendengar lantunan ayat tersebut maka beliau
langsung berkata: “Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku
(untuk tunduk hati mereka mengingat Allah).” Maka beliaupun kembali, dan
beliaupun beristirahat di sebuah bangunan rusak, tiba-tiba saja di
sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata:
“Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata: “Kita istirahat saja
sampai pagi, karena si Fudhail berada di arah jalan kita ini, dan ia
akan menghadang dan merampok kita.”
(Mendengar hal ini) Fudhoilpun berakta
“Kemudian aku merenung dan berkata: ‘Aku sedang melakukan kemaksiatan di
malam hari (yaitu ia berusaha untuk mengintip sang wanita-pent) padahal
sebagian dari kaum muslimin di sini ketakutan kepadaku (karena
menyangka Fudhoil sedang menghadang mereka, padahal Fudhoil sedang mau
mengintip wanita-pent), dan menurutku tidaklah Allah menggiringku kepada
mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya
Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku
itu dengan tinggal di Baitul Haram’.” (lihat biografi beliau di Siyar
A'laam An-Nubalaa 8/421 dan Tahdziib At-Tahdziib dgn tahqiq ; 'Adil
Mursyid 3/399)
Demi Allah sesungguhnya hidayah hanyalah
ditangan Allah semata…., lihatlah Fuhdoil, ia dahulu adalah seorang
perampok yang ditakuti oleh para pedagang. Ternyata beliau mendapat
hidayah tatkala sedang hendak melakukan kemaksiatan dengan melampiaskan
kerinduannya kepada sang wanita. Namun Allah malah memberi hidayah
kepadanya dan menggerakkan hatinya untuk bertaubat. Sama sekali tidak
ada usaha dari Fudhoil untuk bertaubat… Namun hidayah menyapa beliau,
semata-mata karunia dari Allah Ta'aalaa.
Marilah para pembaca budiman renungkan…,
betapa banyak diantara kita yang mendapatkan hidayah sehingga mengenal
sunnah dengan tanpa kita sadari…, tanpa kita sengajai.., tanpa ada
sedikitpun usaha dan campur tangan kita…akan tetapi semata-mata hidayah
adalah karunia Allah.
Sungguh betapa banyak orang yang dahulunya tenggelam dalam kenisataan kemudian diberi hidayah oleh Allah sehingga akhirnya berubah 180 derajat menjadi seorang yang sholeh, bahkan menjadi ustadz??, bahkan… menjadi seorang syaikh yang tersohor…??, bahkan menjadi ulama…??. Sungguh penulis telah bertemu dengan semisal orang-orang tersebut.
Kita berucap sebagaimana ucapan para penghuni surga :
Sungguh betapa banyak orang yang dahulunya tenggelam dalam kenisataan kemudian diberi hidayah oleh Allah sehingga akhirnya berubah 180 derajat menjadi seorang yang sholeh, bahkan menjadi ustadz??, bahkan… menjadi seorang syaikh yang tersohor…??, bahkan menjadi ulama…??. Sungguh penulis telah bertemu dengan semisal orang-orang tersebut.
Kita berucap sebagaimana ucapan para penghuni surga :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. (QS Al-A'raaf : 43)
"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. (QS Al-A'raaf : 43)
Namun sungguh menyedihkan tatkala
perkaranya berbalik…!!, Bukankah ada seseorang yang dahulunya adalah
orang yang sholeh taat beragama lantas berubah total menjadi pelaku
maksiat…!! Oleh karenanya sungguh benar sebuah ungkapan "Lebih baik menjadi bekas perampok dari pada bekas ustadz".
Di antara petuah-petuah emas Fuhoil bi 'Iyaadh adalah sebagai berikut:
Di antara petuah-petuah emas Fuhoil bi 'Iyaadh adalah sebagai berikut:
لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا جَعَلَتُهَا إِلاَّ فِي إِمَامٍ فَصَلاَحُ الِإمَامِ صَلاَحُ الْبِلاَدِ وَالْعِبَادِ
"Kalau seandainya aku memiliki sebuah
doa yang mustajab (dikabulkan) maka aku akan mendoakan untuk kebaikan
Imam (pemimpin/presiden) karena baiknya imam merupakan kebaikan bagi
negeri dan masyarakat" (As-Siyar 8/434)
بَلَغَنِي أَنَّ الْعُلَمَاءَ فِيْمَا
مَضَى كَانُوْا إِذَا تَعَلَّمُوا عَمِلُوا وَإِذَا عَمِلُوا شُغِلُوا
وَإِذَا شُغِلُوا فُقِدُوا وَإِذَا فُقِدُوا طُلِبُوا فَإِذَا طُلِبُوا
هَرَبُوا
"Telah sampai berita kepadaku bahwasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka merekapun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka merekapun lari menghindar" (As-Siyar 8/439-440)
"Telah sampai berita kepadaku bahwasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka merekapun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka merekapun lari menghindar" (As-Siyar 8/439-440)
يَا مِسْكِيْنُ أَنْتَ مُسِيءٌ وَتَرَى
أَنَّكَ مُحْسِنٌ وَأَنْتَ جَاهِلٌ وَتَرَى أَنَّكَ عَالِمٌ وَتَبْخَلُ
وَتَرَى أَنَّكَ كَرِيْمٌ وَأَحْمَقَ وَتَرَى أَنَّكَ عَاقِلٌ أَجَلُكَ
قَصِيْرٌ وَأَمَلُكَ طَوِيْلٌ
"Wahai sungguh kasihan engkau, engkau adalah orang yang buruk namun engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang baik, engkau bodoh namun engkau merasa seorang alim, engkau pelit namun engkau merasa dermawan, engkau dungu namun engkau merasa cerdas. Sesungguhnya ajalmu pendek sementara angan-anganmu panjang" (As-Siyar 8/440).
"Wahai sungguh kasihan engkau, engkau adalah orang yang buruk namun engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang baik, engkau bodoh namun engkau merasa seorang alim, engkau pelit namun engkau merasa dermawan, engkau dungu namun engkau merasa cerdas. Sesungguhnya ajalmu pendek sementara angan-anganmu panjang" (As-Siyar 8/440).
Al-Imam Adz-Dzahabi mengomentari perkataan Fudhoil ini dengan berkata :
إِيْ وَاللهِ صَدَقَ وَأَنْتَ ظَالِمٌ
وَتَرَى أَنَّكَ مَظْلُوْمٌ وَآكِلٌ لِلْحَرَامِ وَتَرَى أَنَّكَ
مُتَوَرِّعٌ وَفَاسِقٌ وَتَعْتَقِدُ أَنَّكَ عَدْلٌ وَطَالِبُ الْعِلْمِ
لِلدُّنْيَا وَتَرَى أَنَّكَ تَطْلُبُهُ لله
"Demi Allah, sungguh benar perkataan
Fudhoil. Engkau orang yang dzolim namun engkau merasa bahwa engkaulah
yang terdzolimi, engkau memakan hasil haram namun engkau merasa engkau
adalah orang yang wara', engkau seorang yang fasiq namun engkau meyakini
bahwa dirimu adalah orang yang bertakwa, engkau menuntut ilmu karena
mencari dunia namun engkau merasa bahwa engkau menuntut ilmu karena
Allah."
Firanda berkata, "Demi Allah, sungguh
benar perkataan Fudhoil dan Ad-Dzahabi. Engkau orang yang mutasyaddid
(keras) namun engkau merasa engkau adalah orang yang mu'tadil (tengah).
Engkau sedang berlezat-lezat bergibah ria memakan bagkai daging
saudara-saudaramu para dai namun engkau merasa telah membela sunnah
dengan mentahdzir saudara-saudaramu tersebut. Engkau berakhlak buruk dan
bermulut kotor namun engkau merasa bahwa engkau berakhlak mulia dan
bertutur kata baik….Wallahul Musta'aan…"
0 comments:
Post a Comment