Biografi Imam Syafií Bagian 3 - Guru Imam Syafií

 

PARA SYAIKH (GURU-GURU)NYA

Imam asy-Syafi'i رحمه الله mengambil banyak ilmu dari para ulama di berbagai tempat pada zamannya. Di antaranya di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Yaman, Syam, dan Mesir. Hal itu telah disebutkan oleh al-Baihaqi, Ibnu Katsir, al-Mizzy, dan al-Hafizh Ibnu Hajar رحمهم الله.
Ibnu Katsir رحمه الله berkata: "Imam asy-Syafi'i رحمه الله belajar banyak hadits kepada para syaikh dan para imam. Ia membaca sendiri kitab al-Muwaththa' dengan hafalan sehingga Imam Malik رحمه الله kagum terhadap hafalan dan kemauan kerasnya.
Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa Imam asy-Syafi'i mengambil ilmu dari ulama Hijaz, sebagaimana ia mengambilnya dari Syaikh Muslim bin Khalid az-Zanji رحمه الله.
Al-Hafiz  al-Mizzi رحمه الله telah menyebutkan para syaikh Imam asy-Syafi'i dalam kitabnya, Tahdzib al-Kamal.
Imam al-Baihaqi رحمه الله juga menyebutkan para syaikh Imam asy-Syafi'i رحمه الله. Di antara syaikhnya yang berasal dari penduduk Makkah adalah:
1.    Imam Sufyan bin 'Uyainah رحمه الله,
2.    'Abdur Rahman bin Abu Bakar bin 'Abdullah bin Abu Mulaikah رحمه الله,
3.    Isma'il bin 'Abdullah bin Qisthinthin al-Muqri رحمه الله,
4.    Muslim bin Khalid az-Zanji رحمه الله,  dan banyak lagi selain mereka.
Dari penduduk Madinah ialah:
1.    Malik bin Anas bin Abu 'Amir al-Ashbahi رحمه الله,
2.    'Abdul 'Aziz bin Muhammad ad-Darawardi رحمه الله,
3.    Ibrahim bin Sa'ad bin 'Abdur Rahman bin 'Auf رحمه الله,
4.    Muhammad bin Isma'il bin Abu Fudaik رحمه الله,  dan banyak lagi selain mereka.
Dari negeri lain di antaranya:
1.    Hisyam bin Yusuf as-Shan'ani رحمه الله,
2.    Mutharrif bin Mazin as-Shan'ani رحمه الله,
3.    Waki' bin al-Jarrah رحمه الله,
4.    Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani رحمه الله,  dan banyak lagi selain mereka.
PERJUMPAAN IMAM AHMAD BIN HANBAL DENGAN
IMAM ASY-SYAFFI  DAN SALING BERBAGI
ILMU DI ANTARA KEDUANYA

Al-Baihaqi رحمه الله meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Isma'il at-Tirmidzi رحمه الله, ia berkata: "Aku mendengar Anmad bin Hanbal رحمه الله menyebutkan tentang Imam asy-Syafi'i: 'Imam asy-Syafi'i benar-benar pembela sunnah.'"
Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan sanadnya dari 'Abdullah bin Ahmad bin Hanbal رحمه الله, ia berkata: "Ayahku bercerita: 'Imam asy-Syafi'i رحمه الله pernah mengatakan bahwa apabila hadits itu shahih menurut kamu dari Nabi صلى الله عليه وسلم, maka katakanlah, niscaya aku akan mengikutinya.'"
Dengan sanadnya dari Ahmad bin Abi 'Utsman رحمه الله, ia bercerita: 'Aku telah mendengar Ahmad bin Hanbal رحمه الله berkata: 'Di antara sikap terpuji Imam asy-Syafi'i رحمه الله adalah apabila ia mendengar satu hadits (shahih -ed) yang belum pernah didengarnya, ia akan mengambil hadits (shahih -ed) itu dan meninggalkan pendapatnya."
Oleh karena itu, Imam asy-Syafi'i رحمه الله pernah berkata: "Jika tidak ada ahli hadits, niscaya kita menjadi penjual kacang."
'Abdur Rahman bin Abu Hatim رحمه الله juga berkata: "Aku mendengar ayahku berkata: 'Ahmad bin Hanbal lebih besar dari Imam asy-Syafi'i karena Imam asy-Syafi'i رحمه الله belajar banyak hal mengenai hadits kepada Ahmad bin Hanbal رحمه الله."   'Abdullah bin Ahmad رحمه الله berkata: "Ayahku pernah berkata kepadaku: 'Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata kepada kami: 'Kalian lebih tahu tentang hadits dan rijal-nya daripada aku. Oleh karena itu, apabila ada hadits shahih, beritahukanlah kepadaku, apakah ia dari Kufah, Bashrah, atau dari Syam hingga aku mengambilnya jika memang hadits itu shahih.'"
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata: "Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله tidak membaca satu kitab tertentu di hadapan Imam asy-Syafi'i رحمه الله, tetapi ia mendampinginya sebagaimana Imam asy-Syafi'i رحمه الله mendampingi Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani رحمه الله yang masing-masing saling berbagi manfaat dari ilmu mereka masing-masing.
Kecocokan pendapat Imam asy-Syafi'i dan Imam Ahmad dalam ushul fiqih lebih banyak daripada kecocokan Imam asy-Syafi'i رحمه الله dengan Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani. Usia Imam asy-Syafi'i 17 tahun lebih tua daripada Imam Ahmad bin Hanbal. Imam asy-Syafi'i رحمه الله datang pertama kali ke Baghdad pada tahun 187 H. ketika Muhammad bin al-Hasan masih hidup dan setelah wafatnya al-Qadhi Abu Yusuf رحمه الله kemudian Imam asy-Syafi'i datang untuk kedua kalinya ke Baghdad pada tahun 197 H. Ketika itulah ia berjumpa dengan Ahmad bin Hanbal. (Semoga Allah merahmati keduanya, amin. pent) 
Pembahasan Kelima:
MURID-MURID IMAM ASY-SYAFI'I رحمه الله

Imam al-Baihaqi رحمه الله menyebutkan sebagian dari murid-murid Imam asy-Syafi'i رحمه الله, sebagaimana telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Mizzy dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani. Orang-orang yang mengambil ilmu dari Imam asy-Syafi'i رحمه الله sangat banyak, tidak ada yang dapat menghitung jumlahnya, kecuali hanya Allah عزّوجلّ. Sebab, setiap datang ke suatu negara dan menyebarkan ilmu di sana, beliau pun didatangi oleh banyak orang untuk belajar.
Kami sebutkan di sini murid-murid Imam asy-Syafi'i رحمه الله, yang paling populer adalah:
1.    Ar-Rabi' bin Sulaiman bin 'Abdul Jabbar bin Kamil, Imam al-Muhaddits al-Faqih al-Kabir Abu Muhammad al-Muradi al-Mishri al-Muadzdzin.
la adalah teman Imam asy-Syafi'i رحمه الله yang mengambil ilmunya, syaikh para muadzdzin di Masjid Fusthath, dan seorang yang diminta oleh para syaikh pada zamannya untuk membacakan/ menyampaikan ilmu. Ar-Rabi' رحمه الله lahir pada tahun 174 H.
Diriwayatkan bahwa Imam asy-Syafi'i رحمه اللهL pernah berkata kepadanya: "Jika aku mampu memberimu makanan ilmu, niscaya aku memberikannya." Imam asy-Syafi'i رحمه الله juga berkata: "Ar-Rabi adalah orang yang banyak meriwayatkan tulisan-tulisanku." la wafat pada tahun 270 H.
2.    Abu Ibrahim Isma'il bin Yahya bin Ismail bin 'Amr bin Muslim al-Muzani al-Mishri, al-Imam al-'Allamah, sangat paham tentang agamanya, pemuka para ahli zuhud, murid Imam asy-Syafi'i. la lahir pada tahun 175 H.
Karangannya yang berupa mukhtashar (ringkasan) dalam bidang fiqih memenuhi banyak negeri, yang kemudian disyarah (diuraikan) oleh sejumlah imam besar sehingga dikatakan: "Seorang anak gadis saja memiliki sebuah naskah Mukhtasar al-Muzani yang disimpan di antara barang-barang miliknya."
Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata: "Al-Muzani adalah pembela madzhabku."
Imam adz-Dzahabi رحمه الله mengatakan bahwa Amr bin Tamim al-Makki رحمه الله berkata: "Saya telah mendengar Muhammad bin Ismail at-Tirmidzi رحمه الله berkata: 'Saya telah mendengar al-Muzani mengatakan hal berikut: 'Tauhid seseorang tidak benar sampai ia mengetahui bahwa Allah عزّوجلّ (bersemayam) di atas 'Arsy dengan sifat-sifat-Nya.' Aku (Muhammad bin Isma'il, Pent) berkata: 'Contohnya?' Ia menjawab: 'Sami' (Maha Mendengar), Bashir (Maha Melihat), 'Alim (Maha Mengetahui).'" Al-Muzani wafat pada tahun 264 H.
3.    Abu 'Abdillah Muhammad bin 'Abdillah bin 'Abdul Hakam bin A'yan bin Laits al-Imam Syaikhul Islam Abu 'Abdillah al-Mishri al-Faqih, lahir pada tahun 182.
Ia adalah ulama Mesir sezaman dengan al-Muzani رحمه الله. Ketika Muhammad bin 'Abdillah bin 'Abdul Hakam menaiki kudanya, Imam asy-Syafi'i رحمه الله memandangnya seraya berkata: "Alangkah baiknya jika aku mempunyai anak seperti dia, sementara aku menanggung utang 1000 dinar yang aku tidak dapat membayarnya." Diriwayatkan bahwa terjadi selisih pendapat antara dia (Muhammad bin 'Abdillah bin 'Abdul Hakam) dengan al-Buwaithi رحمه الله karena Imam asy-Syafi'i رحمه الله memilih al-Buwaithi untuk menggantikannya di majelisnya sehingga Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Hakam meninggalkan madzhab asy-Syafi'i dan kembali ke madzhab Maliki.
4.    Abu Ya'qub Yusuf bin Yahya al-Mishri al-Buwaithi رحمه الله. Al-Imam al-'Allamah, pemimpin para fuqaha, adalah sahabat Imam asy-Syafi'i رحمه الله, yang mendampinginya dalam waktu yang lama hingga ia menjadi murid Imam asy-Syafi'i رحمه الله yang mengalahkan kawan-kawannya.
Al-Buwaithi رحمه الله adalah seorang Imam dalam ilmu, teladan dalam amal, seorang yang zuhud, rabbani yang banyak tahajjud, selalu berdzikir, dan menekuni ilmu fiqih.
Imam asy-Syaff i رحمه الله berkata tentangnya: "Tidak ada seorang pun dari sahabat-sahabatku yang lebih banyak ilmunya daripada al-Buwaithi." la disiksa karena menolak pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur-an adalah makhluk. la sabar menghadapi ujian itu sampai wafat di penjara. (Semoga Allah عزّوجلّ merahmatinya dengan rahmat yang luas, amin. Pent)
Imam ar-Rabi' bin Sulaiman رحمه الله berkata: "Al-Buwaithi رحمه الله, bibirnya senantiasa bergerak menyebut Allah. Aku tidak pernah menemukan orang yang lebih cepat menukil hujjah dari Kitabullah melebihi al-Buwaithi. Aku melihat dia dinaikkan di atas seekor kuda dengan leher dan kaki diikat yang diberi beban batu seberat 40 rithil. "
Al-Buwaithi berkata: "Sesungguhnya Allah Taala telah menciptakan makhluk dengan kata 'Kun' (jadilah!), maka makhluk itu pun jadi (ada). Jika kata 'Kun' itu makhluk, seakan-akan suatu makhluk diciptakan oleh makhluk lain. Jika aku dimasukkan untuk menghadapnya (yaitu, Khalifah al-Watsiq), aku akan (tetap) berkata jujur padanya. Aku akan mati dalam belenggu ini sampai datang satu kaum yang mengetahui bahwasanya telah mati dalam keadaan belenggu segolongan manusia karena masalah ini."
Al-Buwaithi رحمه الله wafat dalam keadaan terbelenggu di penjara Irak pada tahun 231 H.
Selain empat orang yang telah kami sebutkan di atas, masih banyak murid-murid Imam asy-Syafi'i رحمه الله lainnya. Namun, cukup hanya mereka yang kami sebutkan karena mereka itu adalah murid-murid Imam asy-Syafi'i رحمه الله yang paling populer.

KITAB-KITAB KARANGAN IMAM ASY-SYAFI'I رحمه الله

Para ulama telah menyebutkan karangan Imam asy-Syafi'i رحمه الله yang tidak sedikit, di antara karangannya  adalah:
A.  KITAB AL-UMM

Sebuah kitab tebal yang terdiri dari empat jilid (volume) dan berisi 128 masalah. Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkaia: "Jumlah Kitab (masalah) dalam kitab al-Umm lebih dari 140 bab -Wallaahu a'lam-. Dimulai dari Kitab "ath-Thahaarah" (masalah bersuci) kemudian Kitab "as-Shalaah" (masalah shalat)." Begitu seterusnya yang beliau susun berdasarkan bab-bab fiqih. Kitabnya ini diringkas oleh Imam al-Muzani yang kemudian dicetak bersama al-Umm, Sebagian orang ada yang menyangka bahwa kitab ini bukanlah buah pena dari Imam asy-Syafi'i رحمه الله, melainkan karangan al-Buwaithi yang disusun oleh ar-Rabi' bin Sulaiman al-Muradi. Pen-tahqiq kitab Manaaqibusy Syafi'i Imam al-Baihaqi رحمه الله,  telah membantah sangkaan itu sebagaimana Syaikh Ahmad Syakir رحمه الله membantahnya saat men-tahqiq kitab ar-Risaalah karya Imam asy-Syafi'i رحمه الله.
Yang pertama kali mengatakannya adalah Abu Thalib al-Makki dalam kitabnya, Quutul Quluub,  yang diikuti oleh Abu Hamid al-Ghazali,  lalu ditulislah sebuah risalah baru tentang ini.
Bersama dengan kitab al-Umm, dicetak pula kitab-kitab lainnya, yaitu:
1.    Kitab Jimaa'ul-'Ilmi, sebagai pembelaan terhadap as-Sunnah dan pengamalannya.
2.    Kitab Ibthaalul Iktihsaan, sebagai sanggahan terhadap para fuqaba (ahli fiqih) dari madzhab Hanafi.
3.    Kitab perbedaan antara Imam Malik dan Imam asy-Syafi'i رحمه الله.
4.    Kitab ar-Radd 'alaa Muhammad bin al-Hasan (Bantahan terhadap Muhammad bin al-Hasan رحمه الله)

B.  KITAB AR-RISAALATUL JADIIDAH

Sebuah kitab yang telah dicetak dan di-tahqiq (diteliti) oleh Syaikh Ahmad Syakir رحمه الله, yang diambil dari riwayat ar-Rabi' bin Sulaiman dari Imam asy-Syafi'i رحمه الله. Kitab ini terdiri dari satu jilid besar.
Di dalam kitab ini Imam asy-Syafi'i رحمه الله berbicara tentang al-Qur-an dan penjelasannya, juga membahas tentang as-Sunnah berikut kedudukannya dari al-Qur-an al-Karim. Beliau mengemukakan bahwa banyak dalil mengenai keharusan berhujjah dan berargumentasi dengan as-Sunnah. Beliau juga mengupas masalah Nasikh dan Mansukh dalam al-Qur-an dan as-Sunnah, menguraikan tentang 'Hal 'ilal ('illat/cacat) yang terdapat pada sebagian hadits dan alasan dari keharusan mengambil hadits ahad sebagai hujjah dan dasar hukum, serta apa yang boleh diperselisihkan dan yang tidak boleh diperselisih-kan di dalamnya.
Imam asy-Syafi'i رحمه الله juga menyebutkan dalil tentang diakuinya hadits ahad, ijma' dan hal yang berkenaan dengannya, serta qiyas: pembagian dan syarat-syaratnya. Imam asy-Syafi'i رحمه الله juga berbicara tentang ijtihad, istihsan, dan hal lainnya.
Dalam kitabnya ini Imam asy-Syafi'i رحمه الله menulis muqaddimah yang sangat berbobot yang menunjukkan kebaikan niatnya. Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata:
"Segenap puji hanya milik Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta telah menciptakan kegelapan dan cahaya. Kemudian, orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, mereka melakukan penyimpangan (berpaling).
Segala puji hanya bagi Allah, yang untuk mensyukuri salah satu nikmat-Nya tidak akan terwujud, kecuali kesyukuran itu merupakan sebuah nikmat dari-Nya. Menunaikan nikmat-nikmat-Nya yang telah lalu akan memunculkan nikmat baru yang juga menuntut rasa syukur kepada-Nya.
Orang-orang yang menyifati-Nya tidak akan mencapai hakikat keagungan-Nya. Hakikat keagungan-Nya itu sesuai dengan yang disifatinya sendiri dan melebihi apa yang disifati oleh hamba-hamba-Nya. Aku memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan-Nya. Aku memohon pertolongan kepada Allah dengan permohonan pertolongan orang yang tidak mempunyai daya dan kekuatan, kecuali dengan bantuan-Nya. Aku memohon kepada Allah hidayah/petunjuk yang barang siapa mendapatkannya, maka ia tidak akan sesat. Aku memohon maghfirah dan ampunan kepada-Nya atas apa yang telah dan akan aku perbuat dengan permohonan ampun orang yang mengakui penghambaan hanya kepada Dia. Orang yang mengetahui bahwa tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa dan tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang darinya, kecuali Dia. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah, kecuali Allah, Yang Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."
Syaikh Ahmad Syakir رحمه الله telah memberikan muqaddimah yang sangat berbobot dalam kitab ini yang menjelaskan nilai ilmiah yang dimilikinya. Syaikh Ahmad Syakir juga memberikan bantahan kepada orang-orang yang meragukan bahwa kitab ini adalah tulisan Imam asy-Syafi'i رحمه الله. Selain itu, Syaikh Ahmad Syakir رحمه الله menyebutkan pula sebab atau latar belakang mengapa Imam asy-Syafi'i رحمه الله menulis kitab ini.
Selain kedua kitab yang kami sebutkan, ada beberapa kitab lain yang dinisbatkan kepada Imam asy-Syafi'i رحمه الله, seperti kitab al-Musnad, as-Sunan, ar-Radd 'alal Baraahimah, Mihnatusy Syafi'i, Ahkaamul Quran, dan yang lainnya. Sebagiannya lenyap dan sebagian lagi dihimpun oleh beberapa orang dari kalangan asy-Syafi'iyyah. []

0 comments:

Post a Comment